Islami

Tata Cara Sholat dan Bacaan doa Sholat Sesuai Sunah

Ihsan Firdaus

05 May 2023

757 Viewed

Artikel ini akan membahas secara detail dan rinci, tata cara sholat, gerakan sholat dan juga bacaan doa pada setiap gerakan sholat. yang penyusun kumpulkan dari dalil dan hadits shahih. Jika hendak di print bisa Download File berikut : tata cara dan bacaan sholat

 

IQOMAH

 

Iqamah secara istilah maknanya adalah pemberitahuan atau seruan bahwa sholat akan segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh khusus

 

Hukum iqamah adalah fardhu kifayah dalam shalat berjamaah. Adapun untuk shalat sendiri, hukumnya mustahab (sunnah), dengan dalil sabda Rasulullah

 

إِذَا كَانَ الرَّجُلُ بِأَرْضٍ قِيٍّ، فَحَانَتِ الصَّلاَةُ فَلْيَتَوَضَّأْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَاءً فَلْيَتَيَمَّمْ، فَإِنْ أَقَامَ صَلَّى مَعَهُ مَلَكَاهُ، وَإِنْ أَذَّنَ وَأَقَامَ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ مَا لاَ يُرَى طَرْفاَهُ

 

“Bila seseorang berada di tanah yang tandus tidak berpenghuni lalu datang waktu shalat, ia pun berwudhu dan bila tidak beroleh air ia bertayammum. Maka jika ia menyerukan iqamah untuk shalat akan shalat bersamanya dua malaikat yang menyertainya. Jika ia adzan dan iqamah maka akan shalat di belakangnya tentara-tentara Allah yang tidak dapat terlihat dua ujungnya.”

 

(HR. Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah, sanadnya shahih di atas syarat As-Sittah, kata Al-Imam Al-Albani, Ats-Tsamarul Mustathab, 1/45)

 

BACAAN IQOMAH :

 

terdiri dari 11 kalimat, dengan mengganjilkan lafadz-lafadznya terkecuali lafadz: قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ. Selengkapnya sebagai berikut:

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ،

 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ،

 

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ،

 

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ،

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

 

Iqamah Diserukan Setelah Imam Datang

 

Sebaiknya iqamah tidak diserukan terkecuali bila imam telah datang, dengan dalil hadits Jabir ibnu Samurah radiyyallahu anhu:

 

كَانَ مُؤَذِّنُ رَسُوْلِ اللهِ n يُؤَذِّنُ ثُمَّ يُمْهِلُ، فَلاَ يُقِيْمُ حَتَّى إِذَا رَأَى رَسُوْلَ اللهِ n قَدْ خَرَجَ أَقَامَ الصَّلاَةَ حِيْنَ يَرَاهُ

 

“Adalah muadzin Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassallam menyerukan adzan lalu ia menangguhkan (iqamah), ia tidak menyerukan iqamah sampai ia melihat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassallam telah keluar, ia pun menyerukan iqamah tatkala melihat beliau.” (HR. At-Tirmidzi no. 202 [ini lafadz beliau] dan Abu Dawud no. 537. Kata Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Sunan Abu Dawud: “Hadits ini shahih.”)

 

Demikian pula jamaah yang hadir, mereka tidak bangkit dari tempat duduknya terkecuali bila melihat imam telah hadir walaupun iqamah telah diserukan sebelum itu. Karena Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassallam bersabda dalam hadits yang dibawakan oleh Abu Qatadah Al-Anshari Radiyyallahu Anhu:

 

“Apabila telah diserukan iqamah untuk shalat maka janganlah kalian berdiri sampai kalian melihatku (telah keluar dari rumah menuju masjid).” (HR. Al-Bukhari no. 637 dan Muslim no. 1364. Adapun lafadz dalam kurung merupakan tambahan dari satu riwayat Muslim no. 1365)

 

Abu Hurairah Radiyyallahu Anhu meriwayatkan sabda Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam:

 

إِذَا أُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ صَلاَةَ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةُ

 

“Apabila telah diserukan iqamah untuk shalat maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim no. 1642)

 

MENGHADIRKAN NIAT

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan dalam kitab al-Umm:

 

وَالنِّيَّةُ لَا تَقُومُ مَقَامَ التَّكْبِيرِ وَلَا تَجْزِيهِ النِّيَّةُ إلَّا أَنْ تَكُونَ مَعَ التَّكْبِير لَا تَتَقَدَّمُ التَّكْبِيرَ وَلَا تَكُونُ بَعْدَهُ

 

Niat itu tidak bisa menggantikan takbir. Tidak sah niat kecuali dilakukan bersamaan dengan takbir. Tidak mendahului takbir, tidak pula setelah takbir (al-Umm (2/224)).

 

Ucapan pembuka dalam sholat adalah takbiratul ihram: Allaahu Akbar

 

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

 

Kunci sholat adalah bersuci, yang mengharamkan (dari berbagai ucapan dan perbuatan di luar sholat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya (dari berbagai ucapan dan perbuatan di luar sholat) adalah salam (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dari Ali bin Abi Tholib).

 

Gerakan Bersedekap Saat Berdiri

Setelah gerakan tangan saat takbir ini, kemudian posisi tangan adalah bersedekap meletakkan telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri.

 

عَنْ وَائِل بْن حُجْرٍ أنه قال: قُلْتُ : لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَ

 

دَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ، ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَىظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ

 

Dari Wa-il bin Hujr –radhiyallahu anhu- bahwasanya beliau berkata: Saya melihat pada sholat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bagaimana beliau sholat. Saya melihat pada beliau, beliau berdiri bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinganya. Kemudian beliau meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan, dan lengan bawah (H.R Abu Dawud, anNasaai, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, din/yatakan sanadnya shahih oleh anNawawy dan al-Albany)

Posisi bersedekap telapak tangan diletakkan di dada:

 

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَوَضَعَ يَدَهُ اْليُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ

 

_dari Wa-il bin Hujr ia berkata: Aku sholat bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan beliau meletakkan tangan kanan pada tangan kiri pada dadanya (H.R Ibnu Khuzaimah, di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah hafalannya yaitu Muammal bin Ismail yang buruk hafalannya, namun dikuatkan dengan jalur lain yang mursal riwayat Abu Dawud dari Thowus dan juga al-Bazzar dari Waail bin Hujr)

 

عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

 

Dari Thowus beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri kemudian menguatkannya pada dada saat beliau sholat (H.R Abu Dawud dengan sanad yang hasan hingga Thowus)

Dalam riwayat al-Bazzaar dinyatakan:

 

…ثُمَّ وَضَعَ يَمِيْنَهُ عَلَى يَسَارِهِ عِنْدَ صَدْرِهِ

 

… kemudian beliau (Nabi) meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri pada dada (H.R al-Bazzar dari Wa-il bin Hujr, di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah (Muhammad bin Hujr) dan perawi yang tidak dikenal (ibu Abdul Jabbar bin Wa-il))

 

Membaca Doa Istiftah

Setelah bacaan takbiratul ihram adalah membaca salah satu dari doa istiftah yang disunnahkan. Misalkan doa istiftah Umar bin al-Khotthob radhiyallahu anhu riwayat Muslim. Bacaan istiftah ini yang dinilai sebagai bacaan paling utama yang dipilih al-Imam Ahmad.

 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

 

“Maha Suci Engkau Ya Allah dan (bersamaan dengan itu) aku memujiMu dan sungguh banyak barokah yang terkandung pada NamaMu, dan Maha Tinggi KeagunganMu, dan tidak ada sesembahan yang haq selainMu “ (H.R Muslim dari Umar bin al-Khoththob)

 

Membaca Taawwudz

Kemudian membaca taawwudz sebelum membaca al-Fatihah. Salah satu bacaan taawwudz yang disunnahkan adalah sebagaimana hadits dari Abu Said al-Khudriy riwayat Abu Dawud, atTirmidzi:

 

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

 

“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk dari bisikan was-wasnya, tiupannya, dan ludahnya (H.R Abu Dawud,atTirmidzi, dishahihkan Ibnu Khuzaimah)

 

Tidak Mengeraskan Bacaan Basmalah

 

Kemudian membaca al-Fatihah. Disunnahkan tidak mengeraskan bacaan basmalah. Bacaan basmalah oleh Imam dibaca sirr (lirih, tidak diperdengarkan secara keras).

 

وَعَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ كَتَبَ إِلَيْهِ يُخْبِرُهُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا

 

Dan dari Qotadah bahwasanya ia menulis khabar kepadanya dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- menceritakan kepadanya : Aku sholat di belakang Nabi shollallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman mereka memulai bacaan (alFatihah) dengan Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin tidak menyebutkan Bismillahirrohmaanirrohim di awal bacaan ataupun di akhirnya (H.R Muslim)

 

Membaca al-Fatihah

Setelah itu membaca al-Fatihah dan membaca Aamin. Bacaan al-Fatihah adalah salah satu rukun dalam sholat.

 

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

 

Tidak ada sholat bagi yang tidak membaca surat alFatihah (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shomit)

 

إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

 

Jika Imam mengucapkan Aamiin, maka ucapkanlah Amiin. Karena barangsiapa yang ucapannya aminnya bersesuaian dengan ucapan amin Malaikat, akan diampuni dosanya yang telah lalu (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

 

 

Membaca Surat Lain Setelah al-Fatihah

 

Setelah membaca al-Fatihah, disunnahkan membaca surat-surat lain dalam alQuran pada 2 rokaat yang pertama.

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

 

dari Abdullah bin Abi Qotaadah dari ayahnya bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam pada dua rokaat awal sholat Dzhuhur dan Ashar membaca al-Fatihah dan surat. Kadangkala beliau memperdengarkannya kepada kami. Dan di dua rokaat terakhir beliau membaca al-Fatihah (saja) (H.R Muslim)

 

Gerakan dan Bacaan Ruku’

Kemudian bertakbir dengan mengangkat tangan untuk melakukan ruku’. Gerakan ruku’ adalah membungkuk dan meletakkan jari jemari tangan yang direnggangkan ke lutut.

 

عَنْ وَابِصَةَ بْنَ مَعْبَدٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَكَانَ إِذَا رَكَعَ سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لَاسْتَقَرَّ

 

Dari Wabishoh bin Ma’bad beliau berkata: Saya melihat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat, jika beliau ruku’ meluruskan punggungnya. Hingga jika seandainya dituangkan air di atas punggung beliau, niscaya airnya akan diam (tidak mengalir) (H.R Ibnu Majah, dishahihkan al-Albany – dikuatkan dengan jalur lain dari Ibnu Abbas riwayat Abu Ya’la)

 

وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ

 

Jika beliau ruku’, beliau meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya (H.R al-Bukhari dari Abu Humaid as-Sa’idiy)

 

إِذَا رَكَعَ فَرَّجَ أَصَابِعَهُ وَإِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ

 

Jika beliau ruku’ merenggangkan jari jemarinya, dan jika sujud merapatkan jari jemarinya (H.R atThobarony, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Haitsamy, dishahihkan al-Albany)

 

Dalam posisi ruku’, membaca salah satu doa ruku’, di antaranya: Subhanaa Robbiyal Adzhiim minimal sekali.

 

ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيم

 

Kemudian beliau ruku’ membaca Subhaana Robbiyal Adzhiim (H.R Muslim dari Hudzaifah)

 

Bacaan Tasmi’ (Sami’allaahu Liman Hamidah)

Setelah itu, bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan Sami’allaahu liman hamidah (tasmi’) bagi Imam dan orang yang sholat sendirian. Sedangkan makmum mengucapkan Robbanaa wa lakal hamdu menyambut ucapan tasmi’ dari Imam.

 

وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ »

 

dan jika Nabi mengangkat kepalanya dari ruku’ mengucapkan: Sami’allahu liman hamidah(H.R Muslim dari Malik bin al-Huwairits)

 

وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

 

dan jika (Imam) mengucapkan Sami’alaahu liman hamidah, maka ucapkanlah Robbanaa wa lakal hamdu (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

 

Doa I’tidal

Dalam posisi i’tidal berdiri tegap dengan tangan di samping tubuh mengucapkan do’a i’tidal. Salah satu doa’ i’tidal adalah: Robanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi.

 

كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهَ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنِ اْلمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّل

 

“Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam ketika beliau mengangkat kepala dari ruku’ beliau mengucapkan : Sami’allaahu liman hamidah. Salah seorang yang berdiri di belakang beliau mengucapkan : Robbanaa walakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi. Ketika selesai sholat, beliau bertanya : ‘Siapakah tadi yang mengucapkan ? Laki-laki itu menjawab: Saya. Rasul bersabda : ‘Aku melihat (sekitar) 33-39 Malaikat berebut siapa di antara mereka yang duluan mencatat (amal kebaikan bacaan itu)” (H.R AlBukhari)

 

Turun Menuju Sujud

Kemudian bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan menuju sujud. Saat turun menuju sujud, mendahulukan lutut.

 

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ

 

Dari Wa-il bin Hujr –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Saya melihat Nabi shollallahu alaihi wasallam jika sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan jika bangkit mengangkat kedua tangannya sebelum lututnya (H.R Abu Dawud no 713 dengan 2 jalur riwayat yang saling menguatkan- demikian dinyatakan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad)

 

وَانْحَطَّ بِالتَّكْبِيْرِ حَتَّى سَبَقَتْ رُكْبَتَاهُ يَدَيْهِ

 

dan beliau (Nabi) turun dengan bertakbir hingga kedua lututnya mendahului kedua tangannya (H.R al-Hakim, dinyatakan sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, padahal di dalamnya terdapat perawi al-Alaa’ bin Ismail yang majhul, namun bisa menjadi penguat jalur periwayatan sebelumnya yang diriwayatkan Abu Dawud)

 

Perbuatan mendahulukan lutut sebelum tangan pada saat turun menuju sujud adalah pendapat Jumhur Ulama’ (Abu Hanifah, asy-Syafi’i, Ahmad) dan diriwayatkan sebagai perbuatan Sahabat Nabi Umar bin al-Khoththob dan Ibnu Mas’ud

 

أَنَّ عُمَرَ كَانَ يَضَعُ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ

 

Sesungguhnya Umar meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan (riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibrahim anNakho-i, dikuatkan dengan riwayat atThohawy dalam syarh Ma’aaniy al-alAtsar bahwa Ibrahim mendengar khabar tersebut dari Alqomah dan al-Aswad)

 

حُفِظَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رُكْبَتَيْهِ كَانَتَا تَقَعَانِ إلَى الْأَرْضِ قَبْلَ يَدَيْهِ

 

Telah dihafal dari (perbuatan) Ibnu Mas’ud bahwasanya beliau mendahulukan kedua lutut ke tanah sebelum kedua tangan (riwayat atThohawy dalam syarh Ma’aniy al-Atsar dari Ibrahim anNakho’i)

 

Gerakan dan Bacaan Sujud

Gerakan sujud yang harus dilakukan adalah sujud pada 7 anggota sujud.

 

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

 

Aku diperintah untuk sujud pada 7 tulang: dahi (beliau mengisyaratkan pada hidung) dan kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung-ujung jari kaki (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)

 

Ditegaskan dalam riwayat lain bahwa hidung harus menyentuh bumi (tempat sujud)

 

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَمَسَّ أَنُفُهُ اْلأَرْضَ

 

Tidak ada sholat bagi orang yang hidungnya tidak menyentuh bumi (H.R al-Hakim, dinyatakan oleh al-Hakim bahwa hadits tersebut sesuai syarat al-Bukhari disepakati al-Albany)

 

Jari jemari tangan dirapatkan diarahkan ke kiblat, ujung jari kaki juga dihadapkan ke kiblat.

 

كاَنَ إِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ

 

(Nabi) jika sujud, merapatkan jari jemarinya (H.R al-Hakim, dinyatakan sesuai syarat Muslim oleh adz-Dzahaby)

 

…مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَة

 

Dalam sujud Nabi menghadapkan ujung-ujung jarinya ke kiblat (H.R al-Hakim dari Aisyah, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby: sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)

 

Meletakkan kedua tangan di samping tubuh sejajar dengan bahu.

 

ثُمَّ سَجَدَ فَأَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ

 

Kemudian beliau sujud sehingga memungkinkan hidung dan dahinya (menempel pada tanah), dan beliau menjauhkan kedua tangan dari kedua sisinya, dan meletakkan kedua telapak tangan sejajar bahu (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, dari Abu Humaid, dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

 

Disunnahkan saat sujud agak menjauhkan posisi tangan dari samping tubuh, kecuali jika di kiri kanan ada orang lain.

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ

 

dari Abdullah bin Malik bin Buhainah bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam jika sholat merentangkan kedua tangan (di sisi tubuh) hingga terlihat putihnya ketiak beliau (H.R al-Bukhari dan Muslim)

 

Tidak menempelkan siku tangan pada tanah/ lantai saat sujud.

 

إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ

 

Jika engkau sujud, letakkan kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu (H.R Muslim dari al-Bara’)

 

Di dalam sujud membaca salah satu bacaan yang diajarkan Nabi, di antaranya adalah: Subhaana Robbiyal A’laa.

 

ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

 

Kemudian Nabi sujud dan Nabi berkata: Subhaana Robbiyal A’laa (Maha Suci Allah Yang Paling Tinggi)(H.R Muslim dari Hudzaifah)

 

Posisi kedua tumit kaki dilekatkan rapat. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah:

 

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَكَانَ مَعِى عَلَى فِرَاشِى ، فَوَجَدْتُهُ سَاجِدًا رَاصًّا عَقِبَيْهِ مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَةَ ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ :« أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ ، وَبِكَ مِنْكَ ، أُثْنِى عَلَيْكَ لاَ أَبْلُغُ كُلَّ مَا فِيكَ »

 

Aku kehilangan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang sebelumnya tidur di pembaringanku. Ternyata beliau sedang sujud (sholat malam) dengan merapatkan kedua tumitnya, ujung jari kaki menghadap ke arah kiblat. Aku mendengar beliau mengucapkan (dalam sujudnya): A’udzu bi ridhooka min sakhothika wa bi ‘afwika min ‘uquubatika wa bika minka utsnii alayka laa ablughu kulla maa fiika (H.R Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Baihaqy, al-Hakim, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy, sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)

 

Duduk di Antara 2 Sujud

Kemudian bertakbir bangkit dari sujud hingga duduk dengan thuma’ninah (duduk di antara 2 sujud).

 

 ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا

 

Kemudian bangkitlah dari sujud hingga thuma’ninah (tenang) dalam posisi duduk (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

 

Dalam posisi duduk di antara 2 sujud ini, membaca salah satu doa yang diajarkan Nabi, di antaranya:

 

Allaahummaghfir lii warhamnii wa ‘aafiniiy wahdinii warzuqniy.

 

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

 

Dari Ibnu Abbas –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam mengucapkan (saat duduk) di antara 2 sujud:

 

Allaahummaghfir lii warhamnii wa ‘aafiniiy wahdinii warzuqniy (Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berikan afiyat (kesehatan dan keselamatan) kepadaku, berikan aku hidayah, dan berikan aku rezeki (H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy)

 

Kemudian bertakbir sujud lagi.

Selanjutnya bangkit menuju rokaat kedua.

Cara Bangkit Menuju Rokaat Berikutnya Saat bangkit menuju rokaat berikutnya, caranya adalah dengan duduk sebentar kemudian bertumpu pada telapak tangan untuk bangkit:

 

 وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ

 

Dan jika mengangkat kepala dari sujud kedua, beliau duduk dan bertumpu pada tanah kemudian bangkit (H.R Muslim dari Abu Qilaabah yang menceritakan tata cara sholat yang dicontohkan Malik bin al-Huwairits ketika mengajarkan sholat Nabi)

 

 عَنِ الأَزْرَقِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَنْهَضُ فِي الصَّلاَةِ وَيَعْتَمِدُ عَلَى يَدَيْهِ

 

Dari al-Azraq bin Qoys beliau berkata: Saya melihat Ibnu Umar bangkit dalam sholat bertumpu pada kedua tangannya (riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang baik—para perawinya adalah perawi dalam as-Shahih)

 

Duduk Tasyahhud Awal Pada sholat wajib yang berjumlah 3 atau 4 rokaat, pada akhir rokaat kedua sebelum bangkit di rokaat berikutnya, duduk untuk tasyahhud awal.

 

Gerakan duduk tasyahhud awal adalah duduk iftirasy, yang dijelaskan dalam hadits Waa-il bin Hujr:

 

 فَلَمَّا جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِي عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

 

Ketika Nabi duduk tasyahhud beliau membentangkan telapak kaki kiri dan meletakkan telapak tangan kiri di atas paha kiri, dan beliau menegakkan telapak kaki kanan (H.R atTirmidzi)

 

Posisi tangan saat tasyahhud

dijelaskan dalam hadits Ibnu Umar:

 

 كَانَ إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

 

Jika beliau duduk dalam sholat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanan dan menggenggam jarinya seluruhnya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang berada setelah jempol. Beliau juga meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kiri (H.R Muslim)

 

Saat duduk tasyahhud awal, membaca doa tahiyyat/tasyahhud yang diajarkan Nabi, di antaranya sesuai hadits Ibnu Mas’ud:

 

 كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّوْرَةَ مِنَ اْلقُرْآنِ فَكَانَ يَقُوْلُ التَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

 

“Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam mengajari kami tasyahhud sebagaimana beliau mengajari surat dalam AlQuran.

 

Beliau membaca :

 

‘At-Tahiyyaatul Mubaarokaatus Sholawaatu at-Thoyyibaatu lillaahi Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullaahi wabarokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillaahis shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna muhammadan rosuulullaah’ (H.R Muslim)

 

Kemudian bangkit bertakbir menuju rokaat berikutnya.

 

Duduk Tasyahhud Akhir

Gerakan duduk tasyahhud akhir secara asal adalah duduk ifitrasy (sama seperti duduk di antara 2 sujud), sebagaimana hadits Waa-il bin Hujr riwayat atTirmidzi di atas pada pembahasan duduk tasyahhud awal.

 

Kecuali pada sholat yang memiliki 2 tasyahhud (ada tasyahhud awal dan tasyahhud akhir), duduknya adalah tawarruk.

 

Hal ini sebagaimana hadits Abu Humaid as-Saa’idiy:

 

 فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ

 

Jika beliau (Abu Humaid as-Sa’idiy) duduk dalam dua rokaat, beliau duduk di atas (telapak) kaki kiri dan menegakkan (telapak) kaki kanan (iftirasy) dan jika duduk di rokaat terakhir beliau mengedepankan (telapak) kaki kiri dan menegakkan (telapak kaki) yang lain dan duduk pada tempat duduknya (pantat langsung ke tanah/lantai) (H.R al-Bukhari, kisah tentang Abu Humaid mencontohkan tata cara sholat Nabi)

 

Bacaan dan gerakan tangan saat tasyahhud akhir sama dengan tasyahhud awal. Setelah membaca tasyahhud itu kemudian membaca sholawat kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam.

 

Di antaranya bacaan sholawat yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:

 

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ , اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

“Ya Allah, bersholawatlah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bersholawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung. Yaa Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung“(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ka’ab bin Ujroh)

 

Doa Setelah Tasyahhud Sebelum Salam

Setelah itu boleh membaca doa apa saja, terutama doa meminta perlindungan dari 4 hal (adzab kubur, adzab Jahannam, fitnah kehidupan dan kematian, serta fitnah Dajjal)

 

 ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

 

Kemudian silakan dia memilih doa yang dikehendakinya (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

 

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ».

 

dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: << Jika salah seorang dari kalian tasyahhud, berlindunglah kepada Allah dari 4 hal.

 

Hendaknya ia mengucapkan: Allaahumma inni a’udzu bika min ‘adzaabi Jahannam wa min adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid Dajjaal (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab Jahannam dan dari adzab kubur dan dari ujian kehidupan dan dari ujian kematian dan dari keburukan ujian al-Masiih ad-Dajjaal) (H.R Muslim).

 

Membaca Salam sebagai Akhir Sholat

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

 

Dari Abdullah (bin Mas’ud) –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam mengucapkan salam ke arah kanan dan ke arah kiri hingga terlihat putihnya pipi beliau: Assalaamu alaikum warahmatullaah… Assalaamu alaikum warahmatullaah… (H.R Abu Dawud)

 

 عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

 

Dari ‘Alqomah bin Waail dari ayahnya ia berkata: Aku pernah sholat bersama Nabi shollallahu alaihi wasallam, beliau mengucapkan salam ke arah kanan: Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuh.. dan ke arah kiri: Assalaamu’alaikum warahmatullaah…(H.R Abu Dawud).

 

Jika hendak di print bisa Download File berikut : tata cara dan bacaan sholat

 

(Di Susun Oleh : Abu Utsman Kharisman)

 

Share On :